Senin, 07 Januari 2013

menjadi seorang mahasiswa Kedokteran Gigi?

Aku akan menceritakan bagaimana menjadi seorang mahasiswa Kedokteran Gigi.  Ketika orang mendengar kata “Dokter” pastinya akan timbul beberapa persepsi  yang berbeda-beda. Ada yang berpandapat “Wow..keren!” ada juga yang berpendapat “Great!”, “Awesome!” bahkan mungkin ada juga yang berependapat “ Biasa aja kale!”. Yah..itu lah pendapat dari masing-masing orang. Tapi untuk seseorang yang bercita-cita menjadi seorang dokter, khusunya dokter gigi, ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa, dan itu termasuk aku. Aku menulis catatn ini, bukan bermaksud untuk mengundang persepsi yang negatif kepada kalian. Tapi aku hanya ingin sharing dan berbagi pengalaman kepada kalian. Walau pun sebenarnya sekarang aku masih semester 1, tapi beberapa pengalaman yang aku dapatkan disini bisa memberi gambaran kepada kalian semua ,kkhusunya anak kelas 3 SMA yang akan melanjutkan kuliah. Bagi kalian yang ingin melanjutkan ke fakultas kedokteran gigi, ini nih aku kasih gambarannya.
Seorang dokter bukan hanya dituntut untuk bisa mengobati pasien, atau mungkin harus menguasai ilmu kedokteran. Tapi seorang dokter juga memerlukan keterampilan dalam menciptakan komunikasi interpersonal yang baik. Karna untuk seorang pasien, seorang dokter tidak hanya memberikan beberapa pertanyaan kepada mereka untuk mengetahui keluhan-kelauhan dari mereka. Tetapi kita juga harus pandai agar pasien lebih terbuka kepada kita, dan berusaha agar mereka mau menceritakan riwayat kesehatannya. Karna dalam mengdiagnosis penyakit, kita harus mengetahui riwayat kesehatan pasien. Nah...disini kita akan diajarkan bagaimana menjalanin komunikasi interpersonal yang efektif. Saat kita berhadapan langsung dengan pasien, kita akan menemukan karakter yang berbeda-beda, ada yang hanya menjawab seadanya, bahkan ada juga yang menjawabnya terlau hiperaktif sampai-sampai kita sendiri yang kewalahan, hehehehe. Pengalamanku ketika praktek berinteraksi langsung dengan seseorang (mata kuliah Modul 2), kebetulan aku mendapatkan seseorang yang sangat pendiam. Dia hanya menjawab antara “ Iya dan Tidak.” Dan aku bingung harus memberikan pertanyaan apa agar dia mau lebih terbuka. Akhirnya aku memiliki ide, aku menceritakan tentang keluargaku dan menceritakan kalau aku berasal dari daerah yang jauh. Sekitar 5 menit aku bercerita, aku meminta dia untuk menceritakan keluarganya. Dan alhamdulillah,,dia bisa lebih terbuka. Bahkan tanpa aku tanya, dia menceritakan tentang suka dukanya berada ditanah rantauan ini. (kebetulan si bapak ini berasal dari luar kota). Nah..ini berarti komunikasi nya berhasil. 
Oke,,kapan-kapan aku bakalan ngelanjut artikelnya yah...di tungguin aja. :)